Rabu, 21 Juli 2010

Naskah Otobiografi Syekh Djalaluddin Faqih Saghir (1161 H/1748 M-1180 H/1766 M) - Bagian Pertama

Oleh: Rusydi Ramli & Muhammad Ilham

Sumber : Rusydi Ramli, Gerakan Paderi Versi Pelaku : Bedah Naskah Syekh Jalaluddin Faqih Saghir, Padang: IAIN Press, 2001

::: Transkripsi Naskah (hal. 1 - 7 dari 79 halaman)

Mukaddimah


Alamat surat keterangan daripada saya Fakih Saghir `Alamiyat Tuanku Samiang Syekh Jalaluddin Ahmad Kota Tuho jua adanya wa Allah : Wabihi nasta`ina bi `inayati yaitu cerita yang dimulai dangan* perkataan yang fasihat, yang terbit daripada hati yang suci lagi haning* lagi* jernih, dituliskan dangan faal yang khalas daripada segala ihwal, dipesertakan dangan muka yang manis lagi dihiasi dangan sebaik2 mukadimah, serta baik nazam dan tertib seperti intan yang ditatah dangan lembaganya lagi dipersalokan* dangan seindah2 johar dan mutiara; dikeluarkan dangan perkataan yang tidak kazib dan khianat hanya semata2 khilaf dan lupa, dan perkataan yang sedikit2 adanya.

Asal Mula Kembang Ilmu Agama di Pulau Andalas

Bahwa inilah cerita daripada saya, Fakih Saghir `Alamiyat Tuanku Samiang Syekh Jalaluddin Ahmad Kota Tuho adanya. Akan halnya cerita ini peri menyatakan asal kembang ilmu syari`at dan hakikat, dan asal teguh larangan dan pegangan, dan asal berdiri agama Allah dan agama Rasullah daripada awalnya lalu kepada akhirnya, lalu kepada perang hitam dan putih hingga keluar Kompeni Wolanda ke Tanah Darat ini adanya. Maka adalah saya, Fakih Saghir, mendengar cerita daripada saya punya bapa´, sebabnya saya mengambil pegangan ilmu hakikat. Karena cerita ini adalah ia setengah daripada adab dan tertib wara` orang mengambil petuah jua adanya. Ya`ni adalah seorang aulia Allah yang kutub,* lagi kasyaf,* lagi mempunyai keramat, yaitu orang Tanah* Aceh, Tuan Syekh Abdul Rauf orang masyhurkan. Telah ia mengambil ilmu daripada Tuan Syekh Abdul Kadir al-Jailani. Itu pun ia mengambil tempat di negeri Medinah, tempat berpindah* Nabi kita Muhammad Rasullah sallallahu `alaihi wasallam, yaitu bimbing mehafazkan ilmu syari`at dan hakikat; ialah menjadi pintu ilmu sebelah pulau Aceh ini.

Maka telah disampaikan Allah maksudnya itu, maka disuruhlah oleh Tuan Syekh Abdul Kadir al-Jailani mengembang ilmu itu ke negeri pulau Andalas bumi Sumantera ini. Maka digarakkan* Allah berlayarlah ia di kepala tempurung menjalang* negeri Aceh adanya. Maka kemudian dari itu turunlah ilmu tarikat ke nagari Ulakan kepada aulia Allah yang mempunyai keramat lagi memunyai darjat yang a`la, ialah pergantungan ilmu tahkik, ikutan dunia akhirat oleh segala makhluk yang sebelah tanah ini.

Maka berpindahlah tarikat ke Paninjauan lalu kepada Tuanku di Mansiang nan Tuho sekali2, serta ia memakaikan tertib majlis lagi wara` seperti Tuanku di Ulakan jua halnya. Maka dimasyhurkan orang pula Tuanku nan Tuho dalam nagari Kamang. Ia telah mehafazkan ilmu alat. Dan Tuanku di Lembah serta Tuanku di Puar yang mempunyai keramat, yang beroleh limpah daripada Tuanku di Paninjauan, orang Empat Angkat jua adanya. Maka ada pula Tuanku ditompang di Tanah Rao datang di negeri Mekah Medinah membawa ilmu mantik dan ma`ni. Maka berpindah pulalah ilmu itu kepada aulia Allah yang kasyaf lagi keramat* `Alamiyat* Tuanku nan Kecil dalam nagari Kota Gadang adanya. Maka ada pula lagi Tuanku di Sumani´ datang di negeri Aceh mehafazkan hadith dan tafsir dan ilmu fara´id. Telah masyhur ia dalam Luhak nan Tigo ini adanya. Adapun asal ilmu saraf ialah Tuanku di Talang dan asal ilmu nahu yang tiga itu ialah Tuanku di Selayo yang sangat alamiyat ahlul-nuhat yang ada keduanya dalam nagari Kubung Tigo belas adanya. Adapun saya, Fakih Saghir, adalah saya bertemu dangan Tuanku di Mansiang nan Tuho sekali2 dan Tuanku nan Keramat dalam nagari Kota Gadang pada masa umur saya kecil; dan Tuanku di Sumani´ serta saya mengambil ilmu pula adanya.

Tuanku Nan Tuo, Perhimpunan Ilmu Agama


Fihak kepada Tuanku nan Tuho dalam nagari Kota Tuho, ialah mengambil ilmu daripada Tuanku di Kamang, dan Tuanku* di Sumani´, dan Tuanku di Kota Gadang, dan Tuanku di Mansiang nan Tuho sekali, dan Tuanku di Paninjauan jua. Maka berhimpunlah ilmu mantik dan ma`ni, hadith dan tafsir, dan beberapa kitab yang besar2 dan sekalian yang pehasilkan ilmu syariat dan hakikat kepada Syekh kita Tuanku nan Tuho dalam nagari Kota Tuho semuhanya. Maka telah masyhurlah khabar Tuanku ulama yang kasyaf mehafazkan sekalian kitab, mehimpunkan sekalian faidah ilmu syariat dan hakikat, dan menyatakan perbedaan antara kafir dan Islam. Maka sebab itu banyaklah orang yang rindu dendam datang ke nagari Kota Tuho mengambil ilmu, mehafazkan sekalian kitab dan meminta´ petuah keputusan ilmu syariat dan hakikat. Maka ramailah tiap2 dusun dan puriah* dalam nagari Empat Angkat dan sukar mehinggakan ribu dan laksa luhuk dan lahak. Maka banyaklah orang yang jadi alim dan ulama yang kasyaf dalam Luhak nan Tigo ini, lalu ke Tanah Rao dan tiap2 taluk rantau dan sekalian nagari dalam pulau Aceh ini. Semuhanya itulah asal kembang ilmu dalam tanah ini adanya.


Kelakuan Orang Agama


Fihak kepada kelakuan orang agama semuhanya, ialah mengerjakan lalim aniaya, menyamun dan menyakar, melaka´ dan melakus, maling dan mencuri, menyabung dan bejudi, minum tuak dan minum kilang, memakan sekalian yang haram, merabut dan merampas, tidak* berbezo halal dan haram, larangan dan pegangan, dan mau berjual orang; dan jikalau ibunya dan syaudaranya* sekalipun, dan banyaklah orang dagang dirampasnya dan dijualnya. Itu pun Tuanku nan Tuho mendirikan larangan dan pegangan serta Tuanku2 yang lainnya. Maka sebab banyak orang terjual dan dirampas orang serta lama zaman, maka sangatlah lalah payah Tuanku menuntut orang nan terjual dan orang nan kena´* rampas itu. Dan banyaklah silang selisih, gaduh2 kelahi, dan bantah* dan berparang2; tetapi tidak me´alahkan nagari adanya.


Tuanku Nan Tuo, Pernaungan Anak Dagang


Saya Fakih Saghir seperti demikian pula, sebab ada jua saya menurut daripada saya punya* bapa´. Lagi saya dijadikan kepala bermulut oleh Tuanku2 nan Tuho* beperda`wakan orang nan ditangkap orang dan orang nan dirampas. Di mana-di mana larangan itu dibinasakan orang. Dan serta lama zaman berapa berapalah orang dagang dirampas orang dan ditangkap orang tidak jua boleh hilang melainkan kembali jua hanya, dan berhutang jua orang nan menangkap dan orang nan rampas itu, atau dialahkan kampungnya atau diparangi nagarinya. Maka sebab itu sangatlah takut orang menangkap orang dagang dan orang menjalang dia. Dan jikalau kanak2 yang kecil dan perempuan dan masuk nagari yang berlawanan sekalipun tidak jua boleh cala binasa adanya. Maka sempurnalah teguh larangan pegangan orang dagang dan orang memakaikan sembahyang. Dan jikalau fakir yang hina sekalipun dan syantosalah* ia pergi dan datang dan perjalanannya ke kiri dan ke kanan ke mana ke mana ia pergi dalam Luhak nan Tigo ini dan sekalian taluk rantau lalu ke tanah Rao jua adanya. Itulah asalnya orang dagang dan orang memakaikan sembahyang, larangan, `alim namanya. Maka terlebih sangatlah masyhur Tuanku nan Tuho ulama yang pengasih lagi penyayang, tempat pernaungan segala anak dagang, ikutan segala sidang imam syari`at ahlulsunah dan ahluljamaah sultan alim* aulia´ Allah `alaihi al-darajat wa-l-ratibat fi'ddarain.


Fakih Saghir-Tuanku Nan Renceh Mufakat Menegakkan Agama

Maka dalam masa itu jua, adalah saya, Fakih Saghir, berhimpun dangan Tuanku nan Renceh dalam mesjid Kota Hambalau di nagari Candung Kota Lawas jua adanya. Telah saya duduk bersanang2 mehafazkan ilmu fiqh. Itu pun saya telah dimasyhurkan orang pandai memafhumkan ilmu fiqh pada masa saya muda umur sekali2. Maka sebab itu banyaklah orang berhimpun2 kepada tempat itu, mengambil ilmu mehafazkan kitab fiqh itu, karena ilmu yang terlebih dikasihi pada masa itu ialah ilmu fiqh.


Maka sebab beberapa kali tamat saya me´ajarkan ilmu fiqh itu, mengertilah saya apa2 perkataan yang sabit dalam kitab itu, ya`ni ialah mensucikan segala anggota daripada najis dan lata, dan memandikan sekalian badan daripada segala hadnya; dan wajib atas Islam mendirikan rukun yang lima itu, yaitu me`ikrarkan kalimat yang dua patah serta mentasdikkan dia, dan mendirikan sembahyang yang lima* pada segala waktu,* dan mendatangkan zakat* kepada segala fakir dan miskin, dan puasa pada bulan Ramadan, dan naik haji atas kuasa, dan menyatakan berjual dan memali* dan yang harus dijual dan dibali,* dan menyatakan sendiri dan besyarikat, dan menyatakan sekalian akadnya sahnya dan* batalnya, dan menyatakan membahagikan arta kepada segala warisnya, dan menyatakan nikah dan idah serta segala akadnya, dan wajib nafakah atas perempuan dan atas segala karib, dan menyatakan segala hukum sahnya dan batalnya, dan mehukum antara segala mahanusia dangan adil, dan menyuruh mereka itu dangan berbuat baik dan menagah daripada berbuat jahat. Inilah setengah kenyataan perkataan yang sabit dalam ilmu fiqh adanya. Maka sebab itu jua digarakkan Allah terbitlah dalam pikir hati saya, Fakih Saghir, yaitu hendak mendirikan agama Allah dan agama Rasullah, dan membaiki tertib dan wara`, dan membuangkan sekalian perbuatan yang jahat dan perangai yang kaji,* dan berbaiki tempat dan mesjid dan sekalian pekerjaan yang dik.´.f.n.y* syara` pula adanya. Maka setelah itu jua mufakatlah saya dangan Tuanku nan Renceh hendak mendirikan pekerjaan itu. Itu pun* Tuanku nan Renceh terlebih sangat berahi dan berapa2 kali mufakat, beria2* jua sambil duduk bersanang2 mehafazkan ilmu. Pada masa itu ia lai* dimasyhurkan orang dangan Khatib Jobahar* adanya (Bersambung .... )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar