Senin, 11 Januari 2010

SYEKH AHMAD KHATIB (Bukan) Cucu Tuanku Nan Renceh ?


Berdasarkan penelusuran gineakologi, Tuanku Nan Rancak (atau bisa jadi Tuanku Nan Renceh) dan Syeikh Jalaluddin Fakih Saghir adalah besan. Anak Tuanku Nan Rancak dari hasil perkawinannya dengan Zainab yakni Limbak Urai dikawinkan dengan Abdullatif Khatib Nagari (anak Syeikh Jalaluddin Fakih Saghir). Dari perkawinan itu lahirlah beberapa anak, diantaranya Ahmad Khatib. Artinya, Tuanku Nan Rancak atau Tuanku Nan Renceh adalah kakek Ahmad Khatib di pihak ibu dan Syeikh Jalaluddin Fakih Saghir adalah kakek di sebelah bapak. Pengaburan fakta dan atau pengeliruan penyebutan (seperti diduga MDS) antara Tuanku Nan Rancak dengan Tuanku Nan Renceh sangat mungkin terjadi. Bisa sengaja atau tidak disengaja.

Asumsi ini bisa saja benar mengingat adanya pertentangan yang amat hebat antara Tuanku Nan Renceh dkk dengan gurunya Tuanku Nan Tuo dan Fakih Saghir. Saking hebatnya pertentangan itu, Sang Guru disebut Tuanku Nan Salapan sebagai Rahib Tua. Fakih Saghir malah digelari Raja Kafir. Keduanya pun diperangi beramai-ramai. Hingga pada suatu kesempatan, anak-anak sang gurupun dibunuh lewat sebuah tipu muslihat. Bilamana Tuanku Nan Rancak adalah Tuanku Nan Renceh yang radikal itu, sangat wajar kiranya kalau namanya dihitamkan dari daftar silsilah pihak keluarga istrinya Zainab. Apalagi dia adalah pemimpin dari sekelompok murid yang dicap "durhaka" dan tega-teganya memerangi sang guru (Tuanku Nan Tuo) dan anaknya Fakih Saghir yang tak lain merupakan kawan dekat Tuanku Nan Renceh sendiri sewaktu menuntut ilmu di mesjid Koto Ambalau di Nagari Canduang Koto Laweh.


Tuanku Nan Renceh - Kakek Ahmad Khatib?

Chalidjah Hasanuddin (Al-Jamíyatul Washliyah, 1930-1942: Api dalam Sekam di Sumatera Timur Penerbit Pustaka, 1988, 186 halaman) pada catatan kaki halaman 152 bertutur seperti berikut:“Ayahnya adalah kepala Jaksa di Padang, ibunya anak dari Tuanku Nan Renceh, seorang ulama terkemuka di kalangan kaum Padri.”

Muhammad Syamsu As pada halaman 270 bukunya Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, Edisi: 2, Penerbit Lentera Basritama, 1996, 345 halaman menyebut: “Sedangkan ibunya anak dari Tuanku Nan Renceh, seorang ulama Paderi di Minangkabau. Ibunya ini adalah adik dari ibu Syekh Thaher Jalaluddin (1869-1956).”

Kutipan dari Majalah Panji masyarakat, Volume 3 – 1999 halaman 120 menyebut:“Ibunya (Ahmad Khatib, Red) anak Tuanku nan Renceh, ulama terkemuka dari golongan Padri.”


Susiknan Azhari dalam bukunya Ensiklopedi Hisab Rukyat terbitan Pustaka Pelajar, 2005, 277 halaman" menulis pada halaman 15: “Ibu Ahmad Khatib adalah Limbah Urai, anak Tuanku Nan Renceh, seorang ulama Paderi terkemuka.”


A Suryana Sudrajat dalam Ulama Pejuang dan Ulama Petualang: Belajar Kearifan dari Negeri Atas Angin, Penerbit Erlangga, 2006, 103 halaman menyebut: “Ibunya anak Tuanku nan Renceh, ulama terkemuka dari golongan Padri.”


Masih menurut
Suryana Sudrajat dalam Syekh Ahmad Khatib Minangkabau (1860-1916), Guru Kaum Pembaru Generasi Awal, Nopember 29, 2007, yang dikutip Selasa, 12/8/2008 menyebut: “Ahmad Khatib boleh dibilang berasal dari keluarga terkemuka dan dinamis. Dia lahir di Bukittinggi pada tahun 1855. Ayahnya Jaksa Kepala di Padang. Ibunya anak Tuanku nan Renceh, ulama terkemuka dari golongan Paderi. Tidak syak lagi, darah yang mengalir di tubuh Ahmad Khatib berasal dari golongan ulama dan kaum adat.”

A. Ikhdan Nizar St Diateh dalam Haji Baroen bin Ja’koeb Pendiri Surau Pengajian Pertama dan Terakhir di Kotogadang? Minggu, 24 Februari 08 yang tertuang semula dalam http://www.kotogadang-pusako.com/cetak.php?id=96 menukil: “…ingat akan Syekh Ahmad Khatib, yang babako ka Kotogadang, cucu Tuanku Nan Renceh ulama kaum Paderi, yang pergi belajar ke Mekah lalu tidak pernah pulang lagi.”…..”Akan tetapi hal ini bisa terbantahkan oleh kenyataan seorang bernama Abdul Latif berasal dari Kotogadang menjadi menantu Tuanku Nan Renceh, seorang ulama Paderi terkemuka, dan anaknya adalah Syekh Ahmad Khatib yang sangat kritis terhadap adat Minangkabau."

Nukilan ini dikutip Kamis 27/8/2009 dari
Blog Buya Masoed Abidin


Tuanku Nan Rancak - Kakek Ahmad Khatib?

Buya HAMKA dalam bukunya Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah, Penerbit Ummida, 1982 pada halaman 271, menulis:“Ibu Syekh Ahmad Khatib adalah orang Empat Angkat. Ibunya bernama Limbak Urai. Ayah dari Limbak Urai ini adalah Tuanku Nan Rancak, seorang ulama terkemuka di zaman Paderi…”

Sementara Akhria Nazwar pada halaman 5 bukunya berjudul Ahmad Khatib, Ilmuwan Islam di Permulaan Abad ini, Penerbit Pustaka Panjimas, 1983, 117 halaman menulis: ”Ayah Limbak Urai ialah Tuanku Nan Rancak, seorang ulama terkemuka pada zaman Paderi.”

Pada halaman 94 buku Riwayat Hidup Ulama Sumatera Barat dan Perjuangannya yang ditulis dan diterbitkan oleh Islamic Centre Sumatera Barat, 2001, 224 halaman, dinukil: “Tuanku Bagindo Khatib mempunyai seorang anak wanita bernama Siti Zainab. Siti Zainab dikawinkan dengan Tuanku Nan Rancak, juga ulama besar."


Sementara itu pada halaman 11 buku Cahaya dan Perajut Persatuan: Waliullah Ahmad Khatib al-Minangkabawy Penerbit Adicita Karya Nusa, 2001, 85 halaman, disebut: “Kakek Ahmad Khatib bernama Tuanku Nan Rancak. Ia adalah seorang ulama terkemuka dalam Perang Paderi.”


(c). Artikel ini adalah murni disadur secara keseluruhan (total) dari tuankunanrenceh.blogspot.com dan tidak ada maksud untuk komersialisasi, tapi murni untuk dibaca publik (sharing). Apabila dikemudian hari, penulis dari URL tersebut berkeberatan, maka artikel ini akan dihapus.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar